Tokoh-Tokoh Islam pada Masa Modern
Materi Pelajaran, Pendidikan, Pendidikan Agama Islam

Tokoh-Tokoh Islam pada Masa Modern

Tokoh-Tokoh Islam pada Masa Modern – Kurikulum Merdeka, Kelas 11, PAI, Bab 10, Peradaban Islam pada Masa Modern.


Tokoh-Tokoh Islam pada Masa Modern

a. Muhammad Ali Pasya (1765 – 1849 M)

Nama lengkapnya adalah Muhammad Ali Pasya atau dikenal dengan Pasya atau Muhammad Ali. Pasya adalah pelopor kebangkitan Islam di Mesir yang lahir pada bulan Januari 1765 M di Kawalla (bagian utara Yunani).

Ayahnya bernama Ibrahim Agha, dari Turki, termasuk keluarga yang tidak mampu. Karena kondisi tersebut, sejak kecil Pasya bekerja membantu perekonomian keluarganya dan tidak bisa mengenyam pendidikan sebagaimana anak-anak kebanyakan.

Meskipun begitu, Pasya termasuk anak yang cerdas, pemberani, dan gigih dalam bekerja. Karakter ini yang menempa dan mengantarkannya menjadi pemimpin di Mesir.

Salah satu jasa besarnya adalah berhasil membebaskan Mesir dari kekuasaan Napoleon dari Perancis. Sehingga Sultan di Turki merestui Muhammad Ali Pasya menjadi wali Mesir.

Kemudian pemikiran Muhammad Ali Pasya adalah:

  1. Mengirimkan pelajar Mesir untuk belajar ke Perancis, Italia, Inggris, dan Austria sebanyak 311 antara tahun 1813 – 1849;
  2. Dalam bidang militer, Pasya melakukan inovasi dengan mendatangkan seorang perwira tinggi Perancis untuk melatih tentara militer Mesir. Tidak hanya itu, Pasya juga mengirimkan pelajar terbaiknya untuk belajar kemiliteran di Perancis. Setelah lulus, mereka diminta untuk mengajar di sekolah militer di Mesir;
  3. Dalam bidang ekonomi dan pertanian, Pasya melakukan beberapa inovasi di antaranya: memperbaiki irigasi lama, membangun irigasi baru, menanam kapas, mendatangkan ahli dari Eropa, membuka sekolah pertanian.
  4. Dalam bidang pendidikan, Pasya melakukan inovasi dengan mendirikan sekolah modern, yaitu: Sekolah Militer, Sekolah Teknik, Sekolah Kedokteran, Sekolah Apoteker, Sekolah Pertambangan, Sekolah Pertanian, Sekolah Penerjemahan, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, Politeknik, Sekolah Akunting, Sekolah Sipil, Sekolah Irigasi, Sekolah Industri, Sekolah Administrasi, Sekolah Pertanian, Sekolah Perwira Angkatan Laut, Sekolah Industri Bahari, Sekolah Tinggi Kedokteran.

Inovasi lain yang dilakukan Pasya adalah memasukkan ilmu modern ke dalam kurikulum pendidikan. Pasya mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi lima, yaitu:

  1. Ilmu pengetahuan bahasa terdiri dari: bahasa Italia, Perancis, Turki, dan Persia;
  2. Ilmu pengetahuan sosial terdiri dari: sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, administrasi negara, pendidikan negara, pendidikan kemasyarakatan, filsafat, militer, dan hukum;
  3. Ilmu pengetahuan alam terdiri dari: fisika, farmasi, ilmu alam, ilmu kedokteran, ilmu teknik, aristek, dan kimia;
  4. Matematika dengan pelajaran utama: aritmatika dan matematika;
  5. Pengetahuan keterampilan yang terdiri dari: keterampilan umum dan pendidikan kesejahteraan keluarga.

Inovasi yang dilakukan Pasya ini sangat berpengaruh pada perkembangan Mesir pada periode selanjutnya. Di antara pengaruhnya adalah berhasil menjaga stabilitas ekonomi Mesir sehingga berkembang dengan pesat, seperti di Kairo dan Alexandria. Selain itu, dari inovasi tersebut, menjadi landasan munculnya tokoh pembaharuan Islam pada masa berikutnya.

b. Rifa’ah Baidawi Rafi’at at-Tahtawi (1801 – 1873 M)

Nama lengkapnya adalah Rifa’ah Baidawi Rafi’at at-Tahtawi. Nama panggilannya adalah At-Tahtawi. Saat umur 16 tahun, At-Tahtawi telah menyelesaikan belajarnya di Universitas Al-Azhar Kairo.

Setelah itu, At-Tahtawi melanjutkan pendidikan masternya di Egyptian Army Mesir. Kemudian, ia belajar selama lima tahun di Perancis. Selama di Perancis, At-Tahtawi menerjemahkan 12 buku dan risalah.

Setelah menyelesaikan studi di Perancis, At-Tahtawi diangkat menjadi direktur sekolah penerjemahan pada masa pemerintahan Muhamad Ali Pasya. Sekolah penerjemahan berfungsi sebagaimana Baitul Hikmah pada masa kejayaan Dinasti Abasiyah, yaitu sebagai pusat penerjemahan buku-buku dari Eropa ke dalam bahasa Mesir. At-Tahtawi berhasil menerjemahkan sekitar 20 buku berbahasa Perancis dan mengedit puluhan karya terjemahan lainnya.

Pokok-pokok pemikiran at-Tahtawi dibagi menjadi beberapa bidang, yaitu:

  1. Bidang pendidikan meliputi dua hal, yaitu: pendidikan harus universal dan emansipasi wanita. Pendidikan adalah hak semua golongan, baik laki-laki maupun perempuan, tanpa membedakan status ataupun jenis kelamin. Pemikiran ini memiliki dua dampak, yaitu pemerataan pendidikan dan emansipasi wanita. Selain itu, pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk kepribadian dan menanamkan sikap rasa cinta terhadap bangsa;
  2. Bidang ekonomi, yaitu orang Mesir dahulu terkenal kaya lantaran tergantung pada tanah yang subur. Oleh karena itu perlu melakukan perbaikan dalam pertanian, yaitu dengan menanam pohon kapas, anggur, zaitun, pemeliharaan lebah, ulat sutra, termasuk pengadaan pupuk tanaman yang murah, perbaikan irigasi. Selain itu, menganjurkan untuk melakukan perbaikan jalan yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain, membangun jembatan dan alat komunikasi;
  3. Bidang kesejahteraan. At-Tahtawi berpandangan bahwa, kesejahteraan masyarakat atau negara dapat tercapai dengan dua jalan, yaitu: berpegang teguh pada ajaran agama (Islam), dan berbudi pekerti yang baik sehingga mampu melahirkan generasi yang memajukan perekonomian;
  4. Bidang pemerintahan. Menurutnya, contoh pemerintahan yang paling ideal adalah pemerintahan pada masa Rasulullah Saw. dan para sahabat. Pemerintahan harus dijalankan dengan adil berdasarkan undang-undang. At-Tahtawi berpendapat bahwa untuk kelancaran pelaksanaan undang-undang tersebut, setidaknya harus ada tiga badan yang terpisah, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif;
  5. Dalam cinta tanah air atau patriotisme, At-Tahtawi berpandangan bahwa tanah air adalah tanah tumpah darah seseorang, bukan seluruh dunia Islam. Dengan patriotisme ini, At-Tahtawi berpendapat bahwa selain adanya persaudaraan seagama, juga ada persaudaraan setanah air. Persaudaraan satu tanah air ini ternyata lebih dominan sehingga patriotisme menjadi dasar kuat untuk mendorong seseorang atau golongan untuk mendirikan tatanan masyarakat yang beradab.
  6. Dalam berijtihad, menurut At-Tahtawi bahwa, ijtihad masih terbuka bagi umat Islam. Ijtihad harus dilakukan oleh para ulama yang memenuhi syarat. Konsep ijtihadnya ditulis dalam kitabnya al-Qaul al-Sadid fi al-Ijtihad wa taqlid;
  7. Bidang sains modern, menurutnya antara sains dan pemikiran rasional tidak bertentangan dengan syariat Islam. Sains modern memiliki dua peran penting bagi kemajuan peradaban Islam, yaitu: sains modern berperan penting dalam meningkatkan kualitas umat Islam dalam melakukan ijtihad, dan sains modern sangat menunjang kesejahteraan kehidupan kaum muslimin di dunia, sebagaimana telah dikembangkan di Eropa.

Di antara Kitab yang ditulis At-Tahtawi adalah:

  1. Manahijul Albab al-Misriyah fi Manahijil Adab al-Asriyyah (Jalan bagi Orang Mesir untuk Mengetahui Literatur Modern);
  2. Al-Mursyidul Amin lil Banati wal Banin (Petunjuk Pendidikan bagi laki-laki dan perempuan);
  3. Al-Qaul as-Sadid fi al-Ijtihad wa taqlid (Perkataan yang benar tentang Ijtihad dan taklid)
  4. Al-Madzahib al-Arba’ fi al-Fiqih (Madzhab Empat dalam Fiqih)

c. Jamaludin Al-Afghani (1838 – 1897 M)

Jamaludin al-Afghani lahir di Kabul Afghanistan pada tahun 1838 M dan meninggal dunia di Istanbul pada tahun 1897 M. Jamaludin adalah pemimpin pembaharuan Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah-pindah dari satu negara ke negara yang lain.

Pengaruh pemikiran dan pembaharuannya yang paling besar dan nyata ialah di Mesir. Oleh karena itu, meskipun masa kecilnya dihabiskan di Afghanistan, perjuangannya lebih banyak di Mesir, Hijaz, Yaman, Rusia, Turki, Inggris, India, dan Perancis.

Jamaludin merupakan seorang yang cerdas. Pada usia yang masih muda, yakni 18 tahun, ia sudah menguasai berbagai disiplin keilmuan, seperti: ilmu agama, filsafat, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi, dan astrologi.

Dalam kariernya, Jamaludin pernah menjabat sebagai perdana menteri di Afghanistan. Tetapi, saat itu Inggris mencampuri masalah politik dalam negeri, Jamaludin meninggalkan Kabul, dan pergi ke India. Di India, ternyata juga sudah diintervensi Inggris sehingga ia berpindah ke Mesir pada tahun 1871 M.

Adapun pokok-pokok pemikiran Jamaludin al-Afghani adalah:

  1. Penyebab kemunduran Islam disebabkan beberapa hal, yaitu: akhlak yang buruk dan acuh terhadap ilmu pengetahuan, kelemahan umat Islam dalam segala sektor, dan kurangnya usaha dalam mencerdaskan umat, baik untuk menekuni dasar-dasar ilmu agama maupun upaya transformasi ilmu pengetahuan. Penyebab yang lain adalah adanya intepretasi tentang makna qadha dan qadar yang salah sehingga memalingkan dari usaha dan kerja keras, kekeliruan dalam memahami hadis Nabi Muhammad Saw. bahwa umat Islam akan mengamalami kemunduran pada akhir zaman. Kesalahan ini menyebabkan umat Islam tidak mau berusaha untuk memperbaiki nasib dan lemahnya ukhuwah Islam;
  2. Menggagas ide pan-Islamisme, yaitu paham yang bertujuan mempersatukan seluruh umat Islam di dunia. Hal yang melatarbelakangi pemikiran tersebut adalah dominasi kolonial Barat di dunia Islam pada masa itu;
  3. Antara laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama. Keduanya memiliki akal untuk berpikir. Ide pembaruannya tentang kesetaraan gender ini pun berdampak pada emansipasi wanita;
  4. Berusaha mengubah sistem pemerintahan autokrasi menjadi demokrasi.

Di antara Kitab yang ditulis Jamaludin al-Afghani adalah:

  1. Ar-Raddu ‘alad dahriyyin tentang jawaban kepada kaum Ateis;
  2. Al-Qadha wa al-Qadar tentang Qadha dan Qadar;
  3. Risalah Raddi Nahuriyah tentang jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Muhammad Wasil, Guru Madrasah Muizzah;
  4. Falsafah Syahadat hadhrat sayyid al-Syuhda tentang filsafat;
  5. Mubahasat al-Ernest Renan Dar Tawafuq Islam tentang kumpulan percakapan antara Jamaludin al-Afghani dengan Renan tentang Islam.

d. Muhammad Abduh (1849 – 1905 M)

Nama lengkapnya adalah Muhammad Abduh Hasan Khairullah. Abduh dilahirkan di Mahallat Nasr, Syubra Khit, al-Bahirah Mesir tahun 1849 M dan masih keturunan Umar bin Khatab dari garis ibunya.

Abduh belajar agama ke Syekh Ahmad pada tahun 1862. Kemudian melanjutkan ke Universitas Al-Azhar Kairo pada tahun 1866. Setelah menyelesaikan studinya, ia mengajar di Al-Azhar.

Puncak kariernya, Abduh menjadi mufti pertama di Mesir pada tanggal 3 Juni Muhammad Abduh meninggal pada tanggal 11 Juli 1905.

Sedangkan ide pokok pikiran Muhammad Abduh adalah sebagai berikut:

  1. Dalam bidang pendidikan, yaitu: menawarkan agar dilakukan lintas disiplin ilmu, yakni antara kurikulum madrasah dan sekolah. Tujuannya untuk menghilangkan dikotomi antara ulama dan ilmuwan modern; mengembangkan kelembagaan pendidikan, yaitu mendirikan sekolah menengah pemerintahan dalam berbagai bidang. Misalnya: administrasi, militer, kesehatan, perindustrian, dan sebagainya. Kemudian, Abduh melakukan pengembangan kurikulum sekolah dasar, menengah, kejuruan, dan universitas di Al-Azhar. Selain itu, ia melakukan pembaruan dalam pendidikan Islam, yaitu: memasukkan mata pelajaran matematika, geometri, algebra, geografi, sejarah, dan seni khat ke dalam pendidikan non-formal; mewujudkan farmasi khusus untuk pelajar Universitas Al-Azhar; menyediakan dana khusus untuk gaji guru yang diambil dari perbendaharaan negara dan waqaf negara; memasukkan mata kuliah filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum Universitas Al-Azhar;
  2. Pintu ijtihad masih terbuka lebar bagi umat Islam. Ijtihad merupakan dasar penting dalam menafsirkan kembali ajaran Islam;
  3. Islam adalah ajaran rasional yang sejalan dengan akal. Dengan akal, maka ilmu pengetahuan menjadi maju;
  4. Kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi yang dibuat oleh negara yang bersangkutan.

Di antara Kitab yang ditulis Muhammad Abduh adalah:

  1. Tafsir al-Manar (penulisan kitab diselesaikan oleh muridnya, yaitu Rasyid Ridha)
  2. Risalah tauhid
  3. Syarh Nahjil Balaghah
  4. Ishlahu al-Mahakim al-Syar’iyyah
  5. Al-Islam ar al-Radd ‘ala Muntaqidihi

e. Rasyid Ridha (1865 – 1935 M)

Nama lengkapnya adalah Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsudin bin Baha’uddin al-Qalmuni al-Husaini. Nama populernya adalah Rasyid Ridha. Ia dilahirkan di Qalamun, yang tidak jauh dari Kota Tripoli Lebanon pada tanggal 23 September 1865 M.

Ridha termasuk anak yang rajin. Pada saat itu, anak-anak seusianya asyik main, ia justru menghabiskan waktunya untuk membaca buku. Setelah menyelesaikan pendidikan di Qalamun, ia melanjutkan belajarnya di Madrasah al-Wathaniyah al-Islamiyah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli.

Latar belakang pemikiran Ridha adalah tuntutan zaman yang menuntut adanya perubahan. Pada masa itu kondisi umat Islam berada pada posisi yang sangat buruk, kemunduran di berbagai bidang.

Dalam pemikirannya, Ridha terpengaruh dengan pemikiran dari Jamaludin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Setelah Jamaludin al-Afghani wafat, Ridha ingin sekali bertemu Muhammad Abduh untuk belajar langsung dan mengetahui pandangannya tentang reformasi Islam.

Kemudian, pada tahun 1897, Ridha bertemu dengan Muhammad Abduh. Atas persetujuan Abduh, Ridha menerbitkan majalah al-Manar. Tujuan penerbitan tersebut adalah untuk menjadi corong bagi gerakan pembaruan Islam dalam memajukan umat Islam dan membebaskan dari belenggu penjajah.

Adapun pokok-pokok pemikiran Rasyid Ridha adalah sebagai berikut:

  1. Kemunduran umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan adalah karena umat Islam yang berpaling dari ajaran-ajaran Islam, karenanya umat Islam dalam mengejar ketertinggalan dari bangsa Eropa dengan satu syarat, yaitu harus kembali kepada ajaran Islam sebenarnya yang diajarkan Rasulullah Saw. dan dipraktikkan oleh para sahabat;
  2. Penyebab lain kemunduran umat Islam adalah merebaknya paham fatalisme di dunia Islam. Padahal, ajaran agama Islam sejatinya mendorong umatnya bersifat dinamis;
  3. Ilmu pengetahuan modern tidak bertentangan dengan agama Islam. Karena itu, sudah sepantasnya umat Islam yang mendambakan kemajuan, harus siap mempelajari ilmu-ilmu modern. Bahkan, belajar ilmu modern sebenarnya adalah mengambil kembali pengetahuan yang pernah dimiliki umat Islam;
  4. Hukum-hukum fiqih yang berkenaan dengan kemasyarakatan tidak boleh dianggap absolut. Hukum-hukum itu ditetapkan sesuai dengan tempat dan zaman. Karenanya, Ridha menganjurkan untuk berijtihad. Menurutnya, ijtihad sebagai modal awal demi keberlangsungan syariat Islam yang memenuhi seluruh kebutuhan pembaruan;
  5. Apabila umat Islam ingin maju, maka umat Islam harus terlebih dahulu mewujudkan persatuan dan kesatuan.

Di antara Kitab yang ditulis Rasyid Rida adalah adalah:

  1. Tarikh al-Ustadz al-Imam al-Syekh Muhammad Abduh (Biografi Imam Muhammad Abduh
  2. Nida’ li jins al-latif (panggilan terhadap kaum wanita)
  3. Al-Wahyu Muhammad (Wahyu Nabi Muhammad)
  4. Yusr al-Islam wa ushul al-Tasyri’ al ‘am (Kemudahan Islam dan Prinsip-prinsip umum dalam syariat)
  5. Huquq al-Mar’ah al-Shalihah (Hak-Hak Wanita Muslim)

f. Muhammad Iqbal (1877 – 1938 M)

Muhammad Iqbal lahir di Kota Sialkot di Punjab pada tanggal 9 Nopember 1877 M. Iqbal berasal dari keluarga kelas menengah yang sederhana. Pendidikan agama didapatkan dari orang tuanya yang juga tokoh sufi di India. Setelah itu, ia belajar di Maktab (surau).

Pendidikan formalnya ditempuh di Scottish Mission School di Sialkot, kemudian dilanjutkan di Government College di Lahore. Iqbal mendapatkan gelar Bachelor of Art (B.A.) pada tahun 1897 M. Dua tahun kemudian mendapatkan gelar Master of Art (M.A.) dengan memperoleh medali emas. Setelah itu, Iqbal belajar di Universitas Cambridge London dan Philosophy of Doctor (Ph.D.) dari Universitas Munich Jerman.

Puncak kariernya, Iqbal terpilih menjadi Presiden Liga Muslim pada tahun 1930. Liga Muslim ini memiliki peran yang strategis dalam pergerakan kemerdekan India. Selain itu, ia menjadi kunci utama dalam pendirian Negara Pakistan, sebagai sebuah negara Islam yang terpisah dari Negara India.

Meskipun tidak sempat menyaksikan langsung pendirian berdirinya Negara Pakistan, tetapi karena jasanya, Iqbal tetap dikenang menjadi pahlawan nasional di Pakistan. Namanya diabadikan menjadi nama bandar udara internasional Muhammad Iqbal di Lahore, Pakistan.

Sedangkan pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:

  1. Bercita-cita membangun sebuah peradaban baru yang anggun, yaitu perpaduan antara peradaban Barat dan Timur. Keduanya dipadukan antara penalaran (ziraki) dan cinta (isyq). Menurutnya, apabila cinta dan penalaran berpadu niscaya akan tercipta sebuah dunia baru. Kekurangan Barat di isi Timur, dan kekurangan Timur di isi Barat;
  2. Al-Qur’an merupakan kitab yang lebih mengutamakan amal daripada cita-cita. Al-Qur’an sebagai landasan dalam membentuk sebuah peradaban baru dan kehidupan sebagai suatu proses cipta yang kreatif dan progesif;
  3. Pintu ijtihad masih terbuka. Ijtihad bagi Iqbal merupakan dasar pergerakan dalam Islam. Ijtihad dibutuhkan pada setiap zaman untuk menyesuaikan ajaran Islam dengan tuntutan zaman;
  4. Mencita-citakan kebangkitan kembali umat Islam dari ”tidur panjangnya” dan berharap agar umat Islam dapat menerima kehidupan yang dinamis. Karakter berpikir dinamis, menurutnya adalah: menganut pola pikir yang kompleks, yaitu pola pikir yang kritis dan kreatif, pikir maju dan berkembang, memiliki pertahanan diri yang lebih besar, memiliki psikodinamika yang kompleks, dan memiliki kepribadian yang luas.
  5. Tujuan pendidikan adalah memperkokoh dan memperkuat individualitasi dari peserta didik sehingga mereka menyadari segala kemungkinan menimpa dirinya.

Di antara karya Muhammad Iqbal adalah sebagai berikut:

  1. The Development of Metaphysic in Persia Tahun 1908
  2. Asraai Khudi Tahun 1916
  3. The Reconstruction or Religious Thought in Islam Tahun 1934
  4. Musafir Tahun 1936
  5. Zarbi Kalim Tahun 1937

g. KH. Ahmad Dahlan (1868 – 1923 M)

KH. Ahmad Dahlan lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868 dari pasangan KH. Abu Bakar bin Haji Sulaiman dengan Siti Aminah binti KH. Ibrahim. Menurut sumber lain, misalnya Prof. Abdul Munir Mulkhan, Kiai Dahlan lahir pada tahun 1869. Nama kecilnya adalah Muhammad Darwis. Ia baru dipanggil Ahmad Dahlan setelah pulang dari menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu.

Kiai Dahlan belajar Al-Qur’an dan berbagai dasar keislaman langsung dengan bapaknya yang juga sebagai ketib (khatib) di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta dan masih keturunan Sunan Giri. Selain belajar dengan bapaknya, Dahlan juga belajar dengan KH. Muhammad Saleh, Kiai Muhammad Nur, KH. Abdul Hamid, Kiai Muhsin (Yogyakarta) dan KH. Sholeh Darat (Semarang). Waktu belajar dengan KH. Sholeh Darat bersama KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama.

Pada saat itu Kiai Dahlan umurnya lebih tua daripada Kiai Hasyim. Karenanya, Kiai Dahlan memanggil Kiai Hasyim dengan Adik. Sebaliknya Kiai Hasyim memanggil dengan Mas (Kakak).

Tidak puas belajar di dalam negeri, Kiai Dahlan melanjutkan menimba ilmu ke Makkah. Di antara gurunya adalah Syaikh Ahmad Khatib Minangkabawi, Syaikh Nahrawi al-Banyumasi, Syaikh Bakri as-Syatha, Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Mahfudz at-Tarmasi, dan pernah bertukar pikiran langsung dengan Rasyid Ridha. Selama belajar di Makkah, Dahlan mempelajari tafsir Al-Manar karya Muhammad Abduh secara tekun dan serius.

Melalui perkenalannya dengan para pembaru, kemudian meresap ke dalam jiwa Dahlan. Ide tersebut kemudian digabungkan dengan dasar ilmu-ilmu yang didalaminya di Makkah. Pada akhirnya, pertautan dari semua komponen tersebut mendorong melakukan melakukan perubahan-perubahan yang berarti dalam kehidupan keagamaan kaum muslim di Indonesia.

Salah satu kesuksesan pembaruannya ditandai dengan berdirinya organisasi masyarakat yang bernama Muhammadiyah di Indonesia pada tanggal 18 November 1912. Penjelasan terkait dengan Muhammadiyah akan dijelaskan tersendiri pada kelas XII.

Adapun di antara pokok-pokok pemikiran KH. Ahmad Dahlan adalah:

  1. Tujuan utama pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berbudi luhur, alim dalam agama, memiliki pandangan luas, dan paham tentang masalah ilmu keduniaan. Untuk menererapkannya, perlu diajarkan ilmu agama dan umum di madrasah Muhammadiyah;
  2. Pendidikan harus mencetak manusia-manusia yang berjiwa nasionalisme dan patriotisme, sehingga bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat;
  3. Materi pendidikan harus meliputi: pendidikan moral dan akhlak, pendidikan individu, dan pendidikan kemasyarakatan;
  4. Model pendidikan memadukan dua jenis pendidikan, yaitu pesantren dan sekolah umum. Dalam pengajarannya menggabungkan antara sistem pengajaran pesantren dengan pendidikan Barat. Usaha tersebut diwujudkan dalam bentuk lembaga pendidikan yang bersifat spesifik, yaitu mengadopsi sistem persekolahan Barat, tetapi dimodifikasi sedemikian rupa sehingga berjiwa nusantara yang mempunyai misi Islami. Selain itu, Kiai Dahlan juga mendirikan Panti Asuhan Yatim Piatu Muhammadiyyah, Kepanduan Hizbul Wathan bagi kalangan angkatan muda. Dalam bidang pendidikan, Kiai Dahlan diantaranya mendirikan sekolah calon guru Al-Qismul Arqa, Mu’allimin, Mu’allimat Muhammadiyyah, tabligh school dan Kulliyah Muballighin. Dalam mengelola organisasi, KH. Ahmad Dahlan menerapkan sistem administrasi dan organisasi seperti halnya lembaga modern. Manajemen amal usaha pendidikan ditata agar berada di bawah organisasi, bukan milik pribadi. Dalam pemikirannya tidak terlepas dari Al-Qur’an dan Hadis. Di antara surat Al-Qur’an yang menjadi inspirasinya adalah Q.S. Al-Ma’un. Terkait hal ini ada kisah yang menarik untuk dicermati berikut.

Mengulang-ngulang surah Al-Ma’un

Pada suatu ketika dalam sebuah majelis ilmu yang diampu langsung oleh KH. Ahmad Dahlan, jamaah bertanya, “Kenapa Kiai selalu mengulang ulang surah Al-Ma’un? Padahal, masih banyak surah lain di dalam Al-Qur’an yang belum kita bahas.”

KH. Ahmad Dahlan diam sejenak, kemudian menjawab, “Saya akan terus mengulang-ngulang surah ini sebelum kalian benar-benar paham dan melaksanakan isinya dengan terjun ke masyarakat untuk menolong orang-orang yang kesusahan.

Kiai Dahlan tidak hanya menekankan kepada jamaahnya untuk bergerak sesuai isi kandungan Q.S. Al-Ma’un, tetapi juga terjun langsung dengan memberi contoh nyata. Meskipun bukan termasuk orang yang mempunyai harta melimpah, Kiai Dahlan terkenal dengan kedermawanan, terutama kepada anak yatim dan masyarat kurang mampu.

Sumber: Buku Karya Abdul Wali Kusno yang berjudul KH. Ahmad Dahlan: Nasionalisme dan Kepemimpinan Pembaharu Islam Tanah Air yang Menginspirasi (2020:104)

h. KH. Hasyim Asy’ari (1871 – 1947 M)

Kiai Hasyim dilahirkan di Gedang Jombang Jawa Timur pada hari Selasa Kliwon, 24 Dzulqa’dah 1287 H, bertepatan dengan 14 Februari 1871 M. Kiai Hasyim lahir dari pasangan Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah dan masih keturunan Sunan Giri.

Dalam mencari ilmu, Kiai Hasyim termasuk sosok yang tidak mengenal kata menyerah. Kiai Hasyim belajar ilmu agama langsung dengan bapak dan kakeknya yang sekaligus pengasuh pondok pesantren. Kemudian melanjutkan ke belajar ke berbagai Pondok Pesantren di Jawa. Di antaranya adalah Pondok Pesantren Wonorejo Mojokerto, Wonokoyo Probolinggo, Langitan Tuban, Tenggilis Surabaya, Kademangan Bangkalan Madura, Siwalan Panji Buduran Sidoarjo, dan Semarang. Waktu mondok di KH. Sholeh Darat Semarang, KH Hasyim belajar ilmu agama bersama KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Untuk memantapkan ilmu agama, Kiai Hasyim belajar sampai ke Makkah Arab Saudi selama tujuh tahun. Di antara gurunya adalah Syaikh Mahfudz al-Tirmisi, Syaikh Ahmad Khatib al-Minankabawi, Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Ahmad Khatib al-Sambasi, Syaikh Ahmad Amin al-Athtar, Sayyid Sulthan bin Hasyim, Sayyid Ahmad Nawawi, Sayyid Husain al-Habsyi yang saat itu menjadi mufti di Mekkah, dan masih banyak yang lain. Prestasi Kiai Hasyim yang menonjol selama belajar di Makkah adalah memperoleh kepercayaan untuk mengajar di Masjidil Haram. Beberapa ulama dari berbagai negara yang pernah belajar dengan Kiai Hasyim adalah: Syaikh Sa’dullah al-Maymani (mufti di Bombai India), Syaikh Umar Hamdan (ahli hadis di Mekkah), al-Syihab Ahmad bin Abdullah (Syiria), KH. Wahab Hasbullah (Tambakberas), KH. R. Asnawi (Kudus), dan masih banyak yang lain.

Di antara bentuk pembaharuan yang dilakukan oleh Kiai Hasyim yang sekarang masih bisa dilihat adalah mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur yang saat itu dusun Tebuireng penuh dengan perjudian, prostitusi, minuman keras, pencurian maupun perampokan. Dengan kesabaran Kiai Hasyim dalam mewujudkan gagasan, tidak menggunakan kekerasan dalam berdakwah menyebabkan masyarakat yang awalnya menentang, akhirnya menghentikan aksinya dan mendukung adanya pondok pesantren. Selain itu juga Kiai Hasyim merupakan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Penjelasan lebih lanjut tentang NU akan dijelaskan tersendiri pada kelas XII.

Di antara pemikiran KH. Hasyim Asy’ari adalah:

  1. Dalam bidang tasawuf, Kiai Hasyim banyak dipengaruhi oleh al-Ghazali. Menurutnya, tasawuf bertujuan memperbaiki perilaku umat Islam yang sesuai dengan prinsip ajaran Islam;
  2. Dalam melawan penjajah Belanda, Kiai Hasyim menginisasi resolusi Jihad yang dicetuskan pada tanggal 22 Oktober 1945 yang sekarang diperingati menjadi Hari Santri Nasional.
  3. Dalam bidang politik, Kiai Hasyim mengajak kepada umat Islam untuk membangun dan menjaga persatuan. Menurutnya fondasi dalam pemerintahan dalam Islam mempunyai tujuan memberi persamaan bagi setiap muslim, melayani kepentingan dengan cara perundingan, dan menjaga keadilan;
  4. Dalam bidang pendidikan, tujuan pendidikan menurut Kiai Hasyim selain pemahaman terhadap pengetahuan adalah pembentukan karakter yang baik yang penuh dengan pemahaman secara benar dan sempurna terhadap ajaran-ajaran Islam serta mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten. Segala perbuatan, tindakan, dan ucapan berdasarkan atas ilmu yang telah diperoleh.

Adapun isi resolusi jihad ada dibawah ini:

Resolusi Jihad

  1. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 wajib dipertahankan;
  2. Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah, wajib dibela dan diselamatkan;
  3. Musuh Republik Indonesia, terutama Belanda yang datang membonceng tugas-tugas tentara sekutu (Inggris) dalam masalah tawanan perang bangsa Jepang tentulah akan menggunakan kesempatan politik dan militer untuk kembali menjajah Indonesia;
  4. Umat Islam terutama Nahdlatul Ulama wajib mengangkat senjata melawan Belanda dan kawan-kawannya yang hendak kembali menjajah Indonesia,
  5. Kewajiban tersebut adalah suatu jihad yang menjadi yang menjadi kewajiban tiap-tiap orang Islam (fardhu ’ain) yang berada pada jarak radius 94 km (jarak di mana umat Islam diperkenankan sembahyang jama’ dan qasar. Adapun mereka yang berada diluar jarak tersebut berkewajiban membantu saudara-saudaranya yang berada dalam jarak radius 94 km tersebut.

Sosok Kiai Hasyim termasuk ’ulama yang produktif menulis. Di antara karyanya yang sampai sekarang masih bisa dikaji adalah:

  1. Adab al-Alim wa al-Muta’allim (berisi tentang keutamaan ilmu dan akhlak murid kepada guru
  2. Al-Nur al-Mubin (berisi tentang pentingnya beriman dan mencintai kepada Nabi Muhammad Saw. Beserta segala akibat dari keimanan tersebut)
  3. Al-Tanbihat wa al-Wajibat (berisi tentang reaksi dan kecaman Kiai Hasyim terhadap praktek-praktek peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Yang dijumpai di masyarakat sekitar pesantren yang diramaikan dengan hal-hal maksiat)
  4. Al-Durar al-Muntatsirah (berisi tentang hakikat dari orang-orang pilihan (waliyullah) dan praktek-praktek sufi dan thariqah secara benar;
  5. Al-Tibyan (berisi tentang pemikiran Kiai Hasyim tentang tata cara menjalin tali silaturrahim, bahaya memutuskan, dan arti membangun interksi sosial)
  6. Al-Mawa’idz (berisi pentingnya persatuan dan kesatuan di antara sesama umat Islam dalam merespon upaya-upaya yang telah dilakukan Belanda;
  7. Risalah fi Ta’akud al-Akhdz bi Madzahib al-A’immah al-Arba’ah (berisi pentingnya berpegang teguh kepada salah satu madzhab yang empat, metode ijtihad, dan metodologi pengambilan hukum.

Selain kitab di atas, masih banyak lagi karyanya yang lain. Padahal kalau direnungkan pada saat itu belum ada teknologi smartphone atau laptop, Kiai Hasyim memberikan teladan untuk produktif menulis.


Itulah materi tentang Tokoh-Tokoh Islam pada Masa Modern. Semoga materi ini dapat membantu Anda dalam belajar, dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *