Khutbah
Materi Pelajaran, Pendidikan, Pendidikan Agama Islam

Khutbah

Khutbah – Kurikulum Merdeka, Kelas 11, PAI, BAB 4, Menebarkan Islam dengan Santun dan Damai Melalui Dakwah, Khutbah, dan Tablig.


Khutbah

a. Pengertian

Merujuk makna bahasa, ada beberapa pengertian, yakni:

  1. Kata khutbah ( ‫خطبة‬ ), jika berasal dari kata mukhathabah ( ‫مخاطبة‬ ) berarti ā€œpembicaraanā€;
  2. Jika berasal dari kata ā€œal-khatbuā€ ( ‫الخطب‬ ) berarti ā€œperkara besar yang diperbincangkanā€; dan
  3. Khutbah dapat juga bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat dalam kegiatan ibadah.

Sementara, jika ditinjau dari pengertian istilah, khutbah adalah:

  1. Menyampaikan pesan tentang takwa sesuai dengan perintah Allah Swt. dengan syarat dan rukun tertentu;
  2. Kegiatan nasihat yang disampaikan kepada kaum muslim dengan syarat dan rukun tertentu yang erat kaitannya dengan sah atau sunnahnya ibadah, sedangkan orang yang melakukan khutbah dikenal dengan istilah khatib.

Umumnya, pelaksanaan khutbah, jika dikaitkan dengan shalat, dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:

  1. Khutbah yang dilakukan sebelum shalat, misalnya Khutbah Jum’at.
  2. Khutbah yang dilakukan sesudah shalat, misalnya Khutbah Shalat ’Idain (Idul Fitri dan Idul Adha), Shalat Khusuf (Gerhana Bulan) dan Shalat Kusuf (Gerhana Matahari), Shalat Istisqa’ (shalat minta hujan), dan khutbah saat Wukuf di Padang Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah).
  3. Khutbah yang tidak berkaitan dengan shalat, misalnya Khutbah Nikah.

Di antara beragam jenis khutbah, ada hal yang terpenting untuk diketahui, yakni Khutbah Jum’at. Sebab, Khutbah Jumat memerlukan rukun yang harus dipenuhi agar ibadahnya menjadi sah, dan sesuai dengan aturan. Jika, salah satu rukun tidak terpenuhi, maka khutbahnya tidak sah.

Sejalan dengan itu, Khutbah Jumat itu terdiri dari 2 bagian: Khutbah Pertama, dan Khutbah Kedua, yang di antara keduanya dipisahkan dengan duduk di antara dua khutbah.

b. Syarat Khatib

  1. Islam yang sudah balig dan berakal sehat.
  2. Mengetahui syarat, rukun, dan sunnah khutbah.
  3. Suci dari hadats, baik badan maupun pakaian, serta auratnya tertutup.
  4. Tartil dan fasih saat mengucapkan ayat Al-Qur’an dan Hadis.
  5. Memiliki akhlak yang baik dan tidak tercela di mata masyarakat.
  6. Suaranya jelas dan dapat dipahami oleh jamaah.
  7. Berpenampilan rapi dan sopan.

c. Syarat-syarat dua khutbah

  1. Khutbah Shalat Jum’at dilaksanakan sesudah masuk waktu Dhuhur. Selesai khutbah, dilanjutkan dengan shalat. Berbeda dengan Khutbah Shalat ā€˜Idain, Shalat Khusuf dan Shalat Kusuf, serta Shalat Istisqa yang dilaksanakan setelah selesai shalat.
  2. Khutbah dilakukan dengan berdiri. Namun, jika tidak mampu, boleh dilakukan dengan duduk.
  3. Duduk sebentar di antara dua khutbah.
  4. Suara khutbah harus jelas dan dapat didengar oleh jamaah. Saat sekarang ini, pengurus masjid dapat menggunakan pengeras suara, televisi, atau monitor sehingga jamaah yang berada jauh atau di ruangan lain dapat melihat dan mendengar sang khatib.
  5. Tertib, yakni dimulai khutbah pertama, dilanjutkan ke khutbah kedua.

Ų¹ŁŽŁ†Ł’ Ų¬ŁŽŲ§ŲØŁŲ±Ł بْنِ Ų³ŁŽŁ…ŁŲ±ŁŽŲ©ŁŽ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ ŁŠŁŽŲ®Ł’Ų·ŁŲØŁ Ł‚ŁŽŲ§Ų¦ŁŁ…Ł‹Ų§ ، ŁˆŁŽŁŠŁŽŲ¬Ł’Ł„ŁŲ³Ł ŲØŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų®ŁŲ·Ł’ŲØŁŽŲŖŁŽŁŠŁ’Ł†Ł (Ų±ŁˆŲ§Ł‡ Ų§Ų­Ł…ŲÆ)

Artinya:

ā€œDari Jabir bin Samurah sesungguhnya Nabi Saw. berkhutbah dengan berdiri dan beliau duduk di antara dua khutbah.ā€ (H.R. Ahmad)

Hadits lain menyebutkan:

Ų¹ŁŽŁ†Ł’ Ų¬ŁŽŲ§ŲØŁŲ±Ł بْنِ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŲŒ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„Ł اللهِ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ Ų„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų®ŁŽŲ·ŁŽŲØŁŽ Ų§Ų­Ł’Ł…ŁŽŲ±Ł‘ŁŽŲŖŁ’ Ų¹ŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽŲ§Ł‡ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲµŁŽŁˆŁ’ŲŖŁŁ‡ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ų“Ł’ŲŖŁŽŲÆŁ‘ŁŽ ŲŗŁŽŲ¶ŁŽŲØŁŁ‡ŁŲŒ Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰ ŁƒŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł…ŁŁ†Ł’Ų°ŁŲ±Ł Ų¬ŁŽŁŠŁ’Ų“Ł ŁŠŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ł„Ł: ŲµŁŽŲØŁ‘ŁŽŲ­ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ³Ł‘ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’ (Ų±ŁˆŲ§Ł‡ مسلم)

Artinya:

ā€œDari Jabir bin ā€˜Abdullah berkata: Bila Rasulullah Saw. berkhutbah, kedua matanya merah, tinggi suaranya, dan penuh semangat bagai seorang panglima yang memperingatkan datangnya musuh yang menyergap di saat pagi atau sore.ā€ (H.R. Muslim)

d. Rukun Khutbah

  1. Membaca Hamdalah pada kedua Khutbah.
  2. Membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
  3. Berwasiat tentang taqwa kepada diri dan jamaah.
  4. Membaca satu atau beberapa ayat suci Al-Qur’an pada kedua khutbah. Ayat yang dibaca biasanya disesuaikan dengan topik yang akan disampaikan.
  5. Berdoa pada khutbah kedua untuk memohon ampunan, kesejahteraan, dan keselamatan bagi kaum muslimin dan muslimat baik di dunia maupun akhirat.

e. Sunnah Khutbah

  1. Khatib memberi salam pada awal khutbah, dan menghadap ke arah jamaah.
  2. Khutbah disampaikan di tempat yang lebih tinggi (di atas mimbar).
  3. Khutbah disampaikan dengan kalimat yang jelas, sistematis dan temanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi aktual yang saat itu terjadi.
  4. Khatib hendaklah memperpendek khutbahnya, jangan terlalu panjang, sebaliknya Shalat Jum’atnya saja yang diperpanjang.
  5. Khatib disunnahkan membaca Q.S. al-Ikhlas saat duduk di antara dua khutbah.
  6. Khatib menertibkan rukun-rukun khutbah, yaitu dimulai membaca hamdalah sampai rukun yang terakhir, yakni berdoa untuk kaum muslimin.

f. Adab Shalat Jum’at

1. Menyegerakan berangkat ke masjid lebih awal. Allah Swt. berfirman:

ŁŠŁ°Ł“Ų§ŁŽŁŠŁŁ‘Ł‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„ŁŽŁ‘Ų°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł°Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŁ’Ł“Ų§ Ų§ŁŲ°ŁŽŲ§ Ł†ŁŁˆŁ’ŲÆŁŁŠŁŽ Ł„ŁŁ„ŲµŁŽŁ‘Ł„Ł°ŁˆŲ©Ł مِنْ ŁŠŁŽŁ‘ŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŁ…ŁŲ¹ŁŽŲ©Ł ŁŁŽŲ§Ų³Ł’Ų¹ŁŽŁˆŁ’Ų§ اِلٰى Ų°ŁŁƒŁ’Ų±Ł اللّٰهِ ŁˆŁŽŲ°ŁŽŲ±ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł’ŲØŁŽŁŠŁ’Ų¹ŁŽŪ— Ų°Ł°Ł„ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŒ Ł„ŁŽŁ‘ŁƒŁŁ…Ł’ اِنْ ŁƒŁŁ†Ł’ŲŖŁŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ¹Ł’Ł„ŁŽŁ…ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumā€˜at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Q.S. al-Jumu’ah/62: 9)

Hindari hadir sesudah khatib sudah berada di atas mimbar dan sudah berkhutbah, karena jika itu dilakukan, tidak dicatat sebagai orang yang mendapatkan keutamaan mendatangi jumat lebih awal. Sebagaimana Hadis yang diriwayatkan Imam al-Bukhari.

2. Membiasakan mengisi shaf terdepan yang masih kosong, lalu lakukan shalat ā€œTahiyatul Masjidā€ atau Shalat Qabliah Jum’at sebanyak dua rakaat.

3. Memperbanyak dzikir dan doa, membaca shalawat Nabi Saw. atau membaca Al-Qur’an dengan suara pelan, sebelum khatib naik mimbar.

4. Mendengarkan khutbah dengan seksama. Jangan berbicara, termasuk menegur jamaah lain, apalagi mengantuk atau tidur, akibatnya jum’atnya menjadi sia-sia, termasuk tidak memahami isi khutbah. Sabda Rasulullah Saw.:

Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŲØŁŽŲ§ Ł‡ŁŲ±ŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŽŲ©ŁŽŲŒ Ų£ŁŽŲ®Ł’ŲØŁŽŲ±ŁŽŁ‡Ł: Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„Ł اللهِ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: Ų„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ł‚ŁŁ„Ł’ŲŖŁŽ Ł„ŁŲµŁŽŲ§Ų­ŁŲØŁŁƒŁŽ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŁ…ŁŲ¹ŁŽŲ©Ł: Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲµŁŲŖŁ’ŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų„ŁŁ…ŁŽŲ§Ł…Ł ŁŠŁŽŲ®Ł’Ų·ŁŲØŁ. ŁŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁ’ Ł„ŁŽŲŗŁŽŁˆŁ’ŲŖŁŽ (Ų±ŁˆŲ§Ł‡ Ų§Ł„ŲØŲ®Ų§Ų±ŁŠ)

Artinya:

ā€œSesungguhnya Abu Hurairah menceritakan kepada Sa’id bin al-Musayyab: Sesungguhnya Rasulullah Saw bersaba: Apabila engkau berbicara kepada temanmu (saat pelaksanaan) Shalat Jum’at; ā€œdiamlahā€ padahal imam sedang menyampaikan khutbahnya, maka Jum’atmu sia-sia (meninggalkan adab shalat jumat dan berkurang pahalanya)ā€ (H.R. al-Bukhari)

g. Praktik Khutbah 1 (Pertama)

Urutan khutbah sebagai berikut.

1. Khatib berdiri di mimbar yang diawali dengan ucapan salam.

2. Khatib duduk kembali saat dikumandangkan adzan.

3. Selesai adzan, khatib berdiri dan membaca rangkaian dari rukun-rukun khutbah secara tertib (berurutan yang dimulai hamdalah, shalawat, dan seterusnya). Adapun contoh teks khutbah sebagai berikut.

Bacaan Hamdalah

Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ لِلهِ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ Ų®ŁŽŁ„ŁŽŁ‚ŁŽ Ł…ŁŽŲ§ فِي Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁ…Ł°ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ فِي Ų§Ł„Ł’Ų£ŁŽŲ±Ł’Ų¶Ł

Bacaan Syahadat

Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„Ł°Ł‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ§ Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡ŁŲŒ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŁ„Ł’ŁƒŁ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ ŁŠŁŲ­Ł’ŁŠŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁŠŁŁ…ŁŁŠŁ’ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł Ų£ŁŲ³Ł’ŁˆŁŽŲ©ŁŒ Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©ŁŒ Ł„ŁŁ„Ł’Ł…ŁŁ‡Ł’ŲŖŁŽŲÆŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ

Bacaan Shalawat

Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„Ł°Ł‰ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„Ł Ų§Ł„Ł’Ų£ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†Ł ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł°Ł‰ اٰلِهِ ŁˆŁŽŲµŁŽŲ­Ł’ŲØŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŲŖŁŽŲØŁŲ¹ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł ؄ِلٰى ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†Ł

Wasiat Taqwa

Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ: ŁŠŁŽŲ§ Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ اللهِ … Ų£ŁŽŁˆŁ’ŲµŁŁŠŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁŠŁ’ ŲØŁŲŖŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŁ‰ اللهِ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁ’ ŁŁŽŲ§Ų²ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ

Membaca salah satu Ayat Al-Qur’an

Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„Ł°Ł‰: ŁŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ł‚ŁŲ¶ŁŁŠŁŽŲŖŁŽ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁ„Ł°ŁˆŲ©Ł ŁŁŽŲ§Ł†Ł’ŲŖŁŽŲ“ŁŲ±ŁŁˆŁ’Ų§ فِي Ų§Ł„Ł’Ų£ŁŽŲ±Ł’Ų¶Ł ŁˆŁŽŲ§ŲØŁ’ŲŖŁŲŗŁŁˆŁ’Ų§ مِنْ ŁŁŽŲ¶Ł’Ł„Ł اللهِ ŁˆŁŽŲ§Ų°Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŁ’Ų§ اللهِ ŁƒŁŽŲ«ŁŁŠŁ’Ų±Ł‹Ų§ Ł„Ł‘ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŁŁ’Ł„ŁŲ­ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ

4. Materi khutbah, hendaklah disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang aktual atau terkini, yang diperkuat dengan rujukan atau dalil yang kuat, khususnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis.

5. Penutup khutbah 1 (Pertama), contohnya:

ŲØŁŽŲ§Ų±ŁŽŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ł„ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ فِي Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ±Ł’Ų£Ł°Ł†Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…Ł ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁŁŽŲ¹ŁŽŁ†ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŁ…ŁŽŲ§ ŁŁŁŠŁ’Ł‡Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¢Ł°ŁŠŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų°Ł‘ŁŁƒŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁƒŁŁŠŁ’Ł…Ł ŁˆŁŽŲŖŁŽŁ‚ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ„ŁŽ Ł…ŁŁ†Ł‘ŁŁŠ ŁˆŁŽŁ…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŁ„ŁŽŲ§ŁˆŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ų¹Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŁ„ŁŁŠŁ’Ł…Ł Ų£ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ł„Ł Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł„ŁŁŠ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ§Ų³Ł’ŲŖŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ł„ŁŁŠ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ„ŁŲ³ŁŽŲ§Ų¦ŁŲ±Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁŁŽŲ§Ų³Ł’ŲŖŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł‡Ł Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŽŁŁŁˆŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­ŁŁŠŁ’Ł…Ł

h. Praktik Khutbah 2 (Kedua)

1. Selesai khutbah pertama, khatib duduk sebentar (sambil berdoa mohon ampun untuk diri dan kedua orang tua), lalu berdiri untuk khutbah kedua.

2. Khutbah kedua ini, membaca rukun-rukun khutbah mulai dari membaca hamdalah sampai berdoa. Contohnya adalah:

Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ لِلهِ Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ‹Ų§ ŁƒŁŽŲ«ŁŁŠŁ’Ų±Ł‹Ų§ ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ…ŁŽŲ±ŁŽ. ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„Ł‘ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„Ł°Ł‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ§ Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų„ŁŲ±Ł’ŲŗŁŽŲ§Ł…Ł‹Ų§ Ł„ŁŁ…ŁŽŁ†Ł’ Ų¬ŁŽŲ­ŁŽŲÆŁŽ بِهِ ŁˆŁŽŁƒŁŽŁŁŽŲ±ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁ الْ؄ِنْسِ ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲØŁŽŲ“ŁŽŲ±ŁŲŒ Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„Ł°Ł‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł°Ł°Ł‰ اٰلِهِ ŁˆŁŽŲµŁŽŲ­Ł’ŲØŁŁ‡Ł Ł…ŁŽŲ§ Ų§ŲŖŁ‘ŁŽŲµŁŽŁ„ŁŽŲŖŁ’ Ų¹ŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŒ ŲØŁŁ†ŁŽŲøŁŽŲ±Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŲ°ŁŁ†ŁŒ ŲØŁŲ®ŁŽŲØŁŽŲ±Ł. Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ: ŁŁŽŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³Ł Ų„ŁŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁˆŁŽŲ°ŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ų§ Ų§Ł„Ł’ŁŁŽŁˆŁŽŲ§Ų­ŁŲ“ŁŽ Ł…ŁŽŲ§ŲøŁŽŁ‡ŁŽŲ±ŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ·ŁŽŁ†ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ų¹Ł’Ł„ŁŽŁ…ŁŁˆŁ’Ų§ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų£ŁŽŁ…ŁŽŲ±ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ£ŁŽŁ…Ł’Ų±Ł ŲØŁŲÆŁŽŲ£ŁŽ ŲØŁŁ†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁ‡Ł ، ŁˆŁŽŲ«ŁŽŁ†Ł‘Ł°Ł‰ ŲØŁŁ…ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų¦ŁŁƒŁŽŲ©Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³ŁŽŲØŁ‘ŁŲ­ŁŽŲ©ŁŽ ŲØŁŁ‚ŁŲÆŁ’Ų³ŁŁ‡ŁŲŒ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„Ł°Ł‰: Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų¦ŁŁƒŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł ŁŠŁŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ‘Ł ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų£ŁŽŁ…ŁŽŁ†ŁŁˆŁ’Ų§ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ’Ų§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ų§ ŲŖŁŽŲ³Ł’Ł„ŁŁŠŁ’Ł…Ł‹Ų§

3. ‫‪Setelah‬‬ ‫‪itu‬‬ ‫‪diakhiri‬‬ ‫‪dengan‬‬ ‫‪membaca‬‬ ‫‪doa‬‬.

4. ‫‪Kalimat‬‬ ‫‪penutup‬‬ ‫‪khutbah‬‬ ‫‪kedua,‬‬ ‫‪contohnya:‬‬

Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŲŒ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁŠŁŽŲ£Ł’Ł…ŁŲ±Ł ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲÆŁ’Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ’ŲŖŁŽŲ§Ų”Ł Ų°ŁŁŠŁ’ Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ±Ł’ŲØŁ°ŁŠ ŁˆŁŽŁŠŁŽŁ†Ł’Ł‡Ł°Ł‰ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ł’ŁŁŽŲ­Ł’Ų“ŁŽŲ§Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŽŲ±Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŲØŁŽŲŗŁ’ŁŠŁ ŁŠŁŽŲ¹ŁŲøŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ°ŁŽŁƒŁ‘ŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ. ŁŁŽŲ§Ų°Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŁ’Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ ŁŠŁŽŲ°Ł’ŁƒŁŲ±Ł’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ų“Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„Ł°Ł‰ Ł†ŁŲ¹ŁŽŁ…ŁŁ‡Ł ŁŠŁŽŲ²ŁŲÆŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ų³Ł’Ų¦ŁŽŁ„ŁŁˆŁ’Ł‡Ł مِنْ ŁŁŽŲ¶Ł’Ł„ŁŁ‡Ł ŁŠŁŲ¹Ł’Ų·ŁŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ°ŁŁƒŁ’Ų±Ł اللهِ Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł

5. ‫‪Khatib‬‬ ‫‪turun‬‬ ‫‪dari‬‬ ‫‪mimbar,‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪bersamaan‬‬ ‫‪dengan‬‬ ‫‪itu,‬‬ ‫‪muadzin‬‬ ‫‪mengumandangkan‬‬ ikamah.‬‬

i. Persamaan dan Perbedaan Dakwah dan Khutbah

Berikut ini, persamaan dan perbedaan keduanya, yaitu:

PersamaanPerbedaan
Sama-sama menyeru manusia untuk menjalani kehidupan yang benar sejalan dengan aturan Allah Swt.Khutbah terikat oleh syarat dan rukun, sedangkan dakwah tidak memiliki aturan yang baku.
Keduanya mengajak manusia untuk melaksanakan syariat Islam yang kāffah (sempurna, lengkap, utuh).Khutbah tempatnya di masjid atau tempat lain yang memungkinkan, sedangkan dakwah dapat dilakukan di mana saja.
Keduanya mengingatkan bahwa sukses dan bahagia itu diperoleh dari ketaatan, sebaliknya kegagalan dan terpuruknya hidup diperoleh dari kemaksiatan.Khutbah Jum’at hanya wajib bagi kaum laki-laki, sedangkan dakwah untuk siapa saja.
Sama-sama memberi kabar gembira/basyīran (bahagia, sukses, surga) bagi yang bertaqwa, sebaliknya ancaman/nadzīran bagi yang ingkar (gagal, sengsara, neraka).Khutbah medianya terbatas pada mimbar dan sound system, sedangkan dakwah dapat menggunakan media apa saja.
Dai tidak terkait dengan shalat, karena itu ia boleh tidak dalam keadaan suci. Sedangkan khatib berkaitan dengan shalat, oleh karena itu, harus dalam keadaan suci dari hadats dan


Itulah materi tentang Khutbah. Semoga materi ini dapat membantu Anda dalam belajar, dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *